Halaman

1 Mei 2012

PERAN DAN FUNGSI AHLI MADYA ANALISIS KESEHATAN


PERAN DAN FUNGSI AHLI MADYA ANALISIS KESEHATAN
Sesuai dengan tugas yang diuraikan di atas, ditetapkan peran, fungsi dan kompetensi lulusan sebagai berikut :
Peran ahli Madya Analis Kesehatan :
1.
Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan.
2.
Pengelola komponen laboratorium kesehatan.
3.
Pembimbing/penyuluh.
4.
Pembantu peneliti.

Fungsi dan kompetensi
Peran I
Pelaksanaan Teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan.

Fungsi   
Melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam bidang analis kesehatan
Kompetensi :
1
Mengetahui dasar-dasar genetic anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
2.
Melaksanakan analisis pengujian reagensia untuk menetapkan kualitas pemeriksaan secara internal agar hasil analisis dapat dipercaya.
3.
Membuat larutan pereaksi yang bersifat standar.
4.
Melakukan analisis senyawa organik terutama gugus fungsional
5.
Melakukan analisis secara konvensional maupun menggunakan alat-alat elektronik (instrumental analysis).
6.
Mengetahui struktur, peran dan fungsi hormon, vitamin, protein dan lain-lain serta pembentukan dan penyimpanan energi metabolisme.
7.
Mengenal berbagai sifat secara kimia maupun fisika dari senyawa organik.
8.
Mengetahui berbagai instrument yang ada di laboratorium kesehatan dan mengetahui cara kerja dan cara menggunkannya secara efektif dan efisien.
10.
Melakukan pengambilan, pengumpulan dan penyimpanan bahan-bahan pemeriksaan dan reagenisasinya untuk berbagai analisis di laboratorium.
11.
Melakukan pemeriksaan secara analisis kimia klinik, hematologik, mikrobiologik, parasitologik bahan-bahan urin, feses, darah, serum, plasma, cairan lambung dan sebagainya dalam menjunjung diagnosis penyakit berdasarkan reaksi-reaksi kimia.
12.
Melaksanakan pemeriksaan jasad renik dalam laboratorium kesehatan melalui pemeriksaan makroskopis, mikrokopis, isolasi dan melalui tes serologik / imonologik.
13.
Melaksanakan analisis kualitatif dan kuantitatif bahan farmasi, pestisida dan makanan.
14.
Melakukan pemantapan mutu laboratorium secara internal dan eksternal antara lain meliputi bidang kimia klinik hematology, patologi, imunologi dan mikrobiologi.

Peran 2
Pengelola komponen laboratorium kesehatan.

Fungsi   
1.
Membantu pimpinan laboratorium dalam perencanaan laboratorium kesehatan.
2.
Mengawasi pelaksanaan kegiatan laboratorium dalam komponen yang menjadi wewenangnya.

Kompetensi :
1.
Merencanakan kegiatan laboratorium.
2.
Mengatur pelaksanaan pemeriksaan laboratorium.
3.
Mengawasi dan membimbing pelaksana pemeriksaan laboratorium.
4.
Mengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium.
5.
Membuat laporan mengenai kegiatan laboratorium.

Peran 3
Pembimbing / penyuluh.
Fungsi   
1.
Memberikan bimbingan dan pengawasan kepada tenaga kesehatan laboratorium yang terkait dengan teknik pemeriksaan laboratorium kesehatan.
2.
Memberikan penerangan/penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat pemeriksaan laboratorium.

Kompetensi :
1.
Membuat rencana penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium.
2.
Melaksanakan penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium.
3.
Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan dalam bidang laboratorium



Peran 4
Pembantu peneliti.
Fungsi   
Membantu pelaksanaan penelitian dalam bidang yang berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium.

Kompetensi :
1.
Mengidentifikasi masalah yang memerlukan penelitian.
2.
Berperan sebagai peneliti dan anggota Tim dalam pelaksanaan penelitian dalam bidang pemeriksaan laboratorium.

FISIOLOGI SEL DARAH MANUSIA


Diposkan oleh Cimobi Crew

1. Leukosit 
Leukosit adalah sel darah  berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti
bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003; Price dan Wilson, 2006)
            Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke  arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan  melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003; Price dan Wilson, 2006).
            Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Neutrofil
            Neutrofil berkembang dalam sumsum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, selsel ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah bervariasi 10-20um, satu inti dan 2-5 lobus. Granula pada neutrofil ada dua :
- Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.
- Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal
(protein Kationik) yang dinamakan fagositin.
            Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino D oksidase dalam granula azurofilik penting dalam pengenceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya. Dibawah pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin toksin streptokokus membran granula-granula neutrofil pecah, mengakibatkan proses pembengkakan diikuti oleh aglutulasiorganel- organel dan destruksi neutrofil.
Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan glikolisis baik secara arrob maupun anaerob. Kemampuan nautropil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris pada jaringan nekrotik. Fagositosis oleh neutrfil merangsang aktivitas heksosa monofosfat shunt, meningkatkan glicogenolisis. (Effendi, 2003).
            Prekursor paling dini adalah mieloblas yang dengan pembelahan-pembelahan sel nantinya menjadi promielosit, mielosit, metamielosit. Maturasi netrofil diklasifikasikan  di antara metamielosit.(Hoffbrand dan Pettit, 1996).
            EOSINOFIL. Jumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, bergaris tengah 9um. Inti biasanya berlobus dua, Retikulum endoplasma mitokonria dan apparatus Golgi kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang dengan eosin asidofkik, granula adalah lisosom yang mengandung fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrifil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti bodi, ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibody. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses Patologi. Kortikosteroid akan menimbulkan penurunan jumlah eosinofil darah dengan cepat. (Effendi, 2003).
            BASOFIL. Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali menutupi inti, bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai hubungan kekebalan. (Effendi, 2003).
            LIMFOSIT. Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit darah.Normal, inti relatifbesar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan electron mikroskop. Sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Klasifikasi lainnya dari limfosit terlihat dengan ditemuinya tanda-tanda molekuler khusus pada permukaan membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptos seperti imunoglobulin yang mengikat antigen spesifi. Lirnfosit dalam sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12um ukuran yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak. Kadang-kadang disebut dengan limfosit sedang. Sel limfosit besar yang berada dalam kelenjar getah bening dan akan tampak dalam darah dalam keadaan Patologis, pada sel limfosit besar ini inti vasikuler dengan anak inti yang jelas. Limfosit-limfosit dapat digolongkan berdasarkan asal, struktur halus, surface markers yang berkaitan dengan sifat imunologisnya, siklus hidup dan fungsi. (Effendi, 2003).
            MONOSIT. Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap momosit Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus Golgi berkembang baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti.
            Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung. DaIam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan memegang peranan penting dalam pengenalan dan interaksi sel-sel immunocmpetent dengan antigen. (Effendi, 2003).
           




2.   TROMBOSIT
            Trombosit dalam sirkulasi adalah kepingan-kepingan dari sitoplasma megakariosit dan dihasilkan dalam sumsum tulang. Umurnya dalam sirkulasi sekitar 10hari. Trombosit yang baru dibentuk berukuran lebih besar dan memiliki kemampuan hemostatis  lebih baik dari trombosit tua dalam sirkulasi.
            Struktur trombosit. Membran trombosit kaya fosfolipid, diantaranya faktor trombosit 3 yang dapat meningkatkan pembekuan saat hemostatis. Trombosit mengandung serabut protein yang dapat mengerut, yakni aktin dan miosin, pipa halus sejenis kerangka yang memungkinkan trombosit berubah bentuk, granula berisi ADP dan ATP, ion Ca dan serotonin, serta granula alfa yang mengandung enzim lisozim. Faktor trombosit 4 dan beta-tromboglobulin adalah zat yang hanya terdapat dalam trombosit utuh. Adanya trombosit ini dalam plasma menunjukkan adanya proses penghancuran trombosit berlebih.
            Fungsi trombosit. Fungsi utama adalah pembentukan sumbat mekanis selama respon hemostatik normal terhadap luka vaskular. Selain itu punya protein stabilisasi fibrin, penggandaan sel endotel setelah rusak, penyimpanan ion kalsium. ( Tinjauan Klinis Hasil Pemriksaan Laboratorium, edisi 9, Kapsel Hematologi).
            Trombopoesis. Trombosit berasal dari sel induk pluripoten yang tidak terikat (noncommitted pluripotent stem cell), yang jika ada permintaan dan dalam keadaan adanya faktor perangsang trombosit, interleukin, dan TPO (faktor pertumbuhan dan perkembangan megakariosit), berdiferensiasi menjadi sekelompok sel induk yang terikat (committed stem cell pool) untuk membentuk megakarioblas dan mengalami maturasi menjadi megakariosit raksasa. Megakariosit mengalami endomitosis, terjadi pembelahan inti di dalam sel tetapi sel itu sendiri tidak membelah. Sitoplasma sel akhirnya memisahkan diri menjadi trombosit-trombosit. (Patofisiologi, Edisi 6, Price and Wilson)
            Hemostasis, merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya sekaligus mempertahankan darah dalam keadaan cair di dalam kompartemen vaskular. Hemostasis normal terdiri dari Vaso konstriksi, Agregasi trombosit, Pembekuan, Pertumbuhan jaringan ikat. Pada Vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedrea terganggu. Kemudian terjadi adhesi trombosit, yakni trombosit melekat pada kolagen terpapar yang membutuhkan faktor Von Willebrand dan glikoprotein membran trombosit tertentu. Selanjutnya pembentuksn sumbat trombosit yang melibatkan 3 fungsi trombosit :
  1. Pelepasan ADP, ATP, Ca, dan serotonin dari granula dalam trombosit menyebabkan agregasi sekunder trombosit pada bagian pembuluh darah  yang rusak.
  2. Pembentukan tromboksan A2 trombosit, suatu agregator trombosit yang kuat dan vasokonstriktor. Sebaliknya prostaglandin intermediate yang dibentuk oleh trombosit dimetabolisir dalam dinding pembuluh darah menjadi prostasiklin (PGI2), suatu antiagregator dan vasodilatator.
  3. Peran serta trombosit dalam pembekuan darah. Beberapa reaksi bertingkat koagulasi memerlukan lipid trombosit dan terjadi pada membran trombosit. Reaksi mencakup Faktor XI, VIII, X, dan V. Trombosit juga berperan dalam pembekuan dengan pelepasan Faktor pembekuan I, V, VIII, dan XIII yang tersimpan. Trombin yang dihasilkan merupakan suatu agregator trombosit yang kuat.
            Setelah itu, terjadi pembentukan jaring fibrin yang terikat dengan agregat tormbosit sehingga terbentuk sumbat trombosit atau trombus yang lebih stabil. Kemudian pelarutan parsial atau total agregat hemostasis atau trombus yang lebih stabil. (Biokim Harper, 2003; Kapita Selekta Hematologi, Edisi3, 2001)



DAFTAR PUSTAKA

Murray, Robert K et.al., 2003. BIOKIMIA HARPER EDISI 25. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. and Lorraine M.  Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1 Edisi 6. Jakarta : EGC
Newman, W. A., 2006. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC
Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss, P.A.H., 2005. Kapita Selekta Hematologi ed. 2. Jakarta : EGC. pp : 102-126
Effendi, Zukesti. 2003. PERANAN LEUKOSIT SEBAGAI ANTI INFLAMASI ALERGIK DALAM TUBUH. library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pd