Dalam sebuah bencana kapal karam, seorang
lelaki terdampa di pulau kecil. Demi bertahan hidup ia memanfaatkan segala
sesuatu yang ada di pulau itu untuk dimakan. Bahkan dalam upaya melindungi dir,
ia berhasil memangun gubuk untuk berteduh. Berbulan-bula ia bertahan hidup
tanpa siapapun. Suatu hari ketika kemballi dari berburu, ia medapati gubuknya
terbakar. Dengan badan lemas ia mengeluhkan nasibnya. Namun, ternyata justru
dari situ datang pertolongan baginya; asap dari gubuk terbakar itu memberi
tanda untuk datangnya kapal penolong.
Bayangkan,
pada musim kering, dalam keadaan alam yang gersang dan suara burung gagak itu
pertanda burung-burung itu mencim bau kematian. Mereka menanti seorang mati
diserbu ganasnya kekeringan, sehingga bangkainya siap disantap. Dan memang ada
oran disana. Elia namany, namun skenario terbalik. Orang itu tidak mait dihajar
musim kering yag dahsyat. Ia hidup tetap minum dan makan dan paling aneh
burung-burung gagak bukan mau ”memakannya”, melaikan memberinya makan! Itulah
cara unik Tuhan memelihara hamba-Nya. Pembawa bau kematian dijadikan-Nya
pembawa harapan akan kehidupan.
Krisis
global sekarang ini betul-betul seperti kekeringan yang melanda bumi.
Mendatangkan kegersangan jiwa, kelapran fisik, kepanatan hati, pengangguran,
kemiskinan dan ketakutan. Tetapi ingatlah, yang kita pandang buruk dapat
menjadi alat Tuhanuntuk mendatangkan kebaikan yang tak terduga. Pemeliharaannya
atas kita melampaui segala musim dan cuaca. Tetaplah percaya dan berusaha.
Tiada yang mustahil bagi Dia.
Pengharapan
membara di dada
Orang-orang
yang percaya akan Dia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar