Matahari
pancarkan cahayanya pada waktu siang , bulan pancarkan sinarnya pada waktu
malam, dan sang pelangi mewarnai indahnya langit setelah Hujan pergi, sungguh
semuanya indah namun tak akan indah jika ada sang manusia, ciptaan Tuhan yang
sempurna. Ada kebahagiaan yang tercipta jika bersama mereka. Ada canda, ada
tawa ketika hari dilalui bersama mereka, dan yang tak di inginkan pun hadir
saat bersama mereka, Rasa duka dan Sedih. Sebuah ekspresi itu lahir dari wajah
mereka, lahir dari tingkah mereka,. Sejenak ketika mata memandang ke atas dari
luasnya langit, terbentang awan-awan
putih dilangit biru sungguh indah menyejukkan hati. seperti itulah mereka, saat
lahir di dunia mewarnai hari dan menyejukkan hati namun tak selamanya mereka
itu sama, mereka itu berbeda, berbeda ketika kamu berada di dekat mereka satu
pribadi dan pribadi yang lainnya. Saat kamu berada di dekat mereka maka kamu
akan merasakan kebahagiaan, canda, tawa, duka dan sedih. Kebahagiaan itu
diekspresikan lewat berbagai hal termasuk merasakan sesuatu yang belum pernah
dirasakan, namun ada satu hal yang perlu kamu ketahui saat duka dan sedih itu
melanda dirimu tentunya tak satu orangpun di dunia ini yang mengharapkan hal
ini terjadi, jika terjadi maka kamu akan pasrahkan diri untuk mencoba menghadapi
semuanya itu, rasa sedih yang dimaksud diatas itu ketika kamu sedih tak dapat
bersama seorang yang kamu inginkan, inginkan dalam hal berada didekatnya. Manusia
butuh komunikasi diantara sesamanya, komunikasi yang diciptakan akan melahirkan
suatu suasana yang begitu dekat antar kedua lawan bicara tersebut, hal demikian
tak disangka terjadi ketika seorang mencoba membangun komunikasi itu dengan
lawan bicaranya namun apa yang ia dapatkan ? sebuah respon hambar yang dirasakannya.
Kamu di ibaratkan seperti tembok, mengapa tembok? Tadi kan manusia ciptaan
Tuhan yang sempurna, mengapa dikatakan demikian, Tembok ? Hmm jelas sudah
mengapa dikatakan tembok, coba kamu berpikir, apakah sudah gila masih waraskah
kita ketika berbicara dengan tembok? :-D tentunya tembok pun tak akan
meresponnya. Diam tanpa kata tanpa tindakan balik, namun ia diam membisu di
tempat ia berada nah kamu pun demikian jika ingin membangun komunikasi tetapi
yang didapatkan tak sesuai keinginan yah sama hasilnya Nihil. Diriku diam sejenak
mencoba mengingat yang dilakukan aku pada lawan bicara aku, bagaikan berada
dibawah sengatan matahari berjatuhan peluh di dahi ku ini, bagaikan menunggu
hujan datang membasahi hati yang kering itulah aku meski segala upaya kucoba
mendekati lawan bicara namun rasanya ia menghindar, haem ! entah kesalaha apa
yang kubuat apakah mungkin ada yang merasa canggung ketika kata dan kalimat
keuar dari mulutku? Siapa yang tahu? Siapa yang bisa membaca hati sesorang? Bagiku
sulit menerkanya, sungguh aku menyerah. Seperti Tembok itulah dirimu, diam tak
respon, berdiri kokoh. Kapan lawan bicara yang aku inginkan seperti Bulan yang
pancarkan sinar malam yang indah kapan seperti kaca ketika bercermin dimana aku
tersenyum kamu tersenyum?? Dan realnya kapan seperti layaknya teman sejati, lawan
bicaraku yang dekat bagiku ? Hingga saat ini harapanku bagaikan butiran debu
yang ditiup angin menjauh dari tempatnya pergi ke tempat lain yang tak di
inginkan. Ketika hal tersebut kamu alami saat ini atau saat yang akan datang
cobalah untuk terus mendekatinya membangun komunikasi yang baik dengan lawan
bicaramu dan ucaplah kata maaf kepadanya jika sikapmu membuatnya tak suka.
( ( (Ko no hanashi wa watashi no yūjin no taido ni tsuite tsutae, hobo 3-nenkan, watashi to kare no ma de tsūshin ga mainichi to tsuneni issho ni kare to issho ni iru ga, onaji basho ni, arimasendeshita dōnika shite, oshiete kuremashita. ) ) ) )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar