Fisiology Pembentukan Urine.
Glomerulus. Pembentukan urine mulai di glomerulus tempat dimana darah
disaring. Aliran darah ke glomerulus pada kedua ginjal kurang lebih 1200
cc/menit. Membran semipermiabel disekeliling permukaan paling luar dari
glomerulus yang mengijinkan terjadinya filtrasi (gbr. 5). Tekanan darah dalam
kapiler glomerular menyebabkan darah tersaring kedalam kapsul Bowman, dimana
darah mulai turun ke bawah ke tubulus. Filtrasi menjadi lebih cepat dalam
glomerulus daripada di jaringan kapiler biasa karena sifat menyerapnya membran
glomerulus (gbr.4). Ultrafiltrasi sama seperti dalam komposisi darah kecuali
bila sel-sel darah kurang, platelet, dan protein plasma banyak. Permiabilitas
kapiler meningkat pada banyak penyakit ginjal, yang mengijinkan plasma protein
lolos ke dalam urine.
Jumlah darah yang tersaring oleh glomerulus pada waktu
tertentu disebut sebagai glomerular
filtration rate (GFR). GFR normal kurang lebih 125 cc/menit. Tetapi rata-rata hanya 1 cc/menit yang tertinggal sebagai
urine.
Gbr.4. Filtrasi di nephron
Fungsi Tubular. Karena fungsi membran glomerular adalah menyaring
senyawa-senyawa terutama oleh ukuran, ketentuan dibuat untuk menyerap kembali
material-material penting dan mengekskresi yang tidak penting (tabel 1).
Tubulus dan duktus kolektivus melaksanakan fungsi ini dengan cara reabsorbsi
dan sekresi (gbr. 6). Reabsorbsi artinya menyerapnya substansi dari lumen
tubulus melalui sel tubulus dan ke dalam kapiler-kapiler. Proses ini melibatkan
transport aktif dan pasif. Sekresi tubulus artinya menyerapnya senyawa-senyawa
dari kapiler-kapiler melalui sel tubulus ke dalam lumen tubulus.
Pada tubulus
convoluted proksimal kurang lebih 80% elektrolit diserap kembali.
Normalnya, semua glukose, asam amino, dan protein diserap kembali. Ion Hydrogen
(H+) dan creatinin disekresi ke dalam
filtrat.
Pada Loop of
Henle, penyerapan kembali atau reabsorbsi berlanjut. Pada ascending limb, ion Cl- (Chlorida) secara aktif di rearbsorbsi,
yang diikuti secara pasif oleh ion sodium
(Na +). Kurang lebih 25% dari sodium yang terfiltrasi diserap kembali
disini. Loop of Henle juga sangat
penting dalam merubah air dan dengan demikian memekatkan filtrat.
Dua fungsi penting dari tubulus convoluted distal adalah pengaturan akhir dari keseimbangan air dan
asam basa. Pada tubulus distal peran hormon tertentu menjadi penting. Hormon
antidiuretic (ADH), dilepaskan oleh pituitary posterior, diperlukan untuk
rearbsorbsi air. Dengan adanya ADH, tubulus menjadi lebih permiabel terhadap
air, yang membolehkan air kembali ke sirkulasi. Pada keadaan tidak ada ADH
dalam tubulus secara praktis tidak permiabel terhadap air dan air yang ada di
dalamnya keluar dari tubuh sebagai urine (gbr. 5).
Gbr. 5. Feed back
negatif pengaturan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
Jika ada aldosteron (dilepaskan dari cortex adrenal)
aktif pada tubulus distal, maka terjadilah penyerapan kembali air dan Na+
(Gbr.6). Dalam pertukaran dengan Na+, ion potassium (K+) diekskresi.
Parathormon dilepaskan dari kelenjar parathyroid. Hormon
ini disekresi bila kadar serum Calsium rendah. Akibat lanjutnya adalah
rearbsorbsi ion calcium di tubular meningkat dan penyerapan kembali ion
Phosphat (PO4 2- ) menurun. Oleh karenanya, kadar serum
calcium meningkat.
Pengaturan asam-basa mencakup rearbsorbsi dan mengubah
paling banyak bicarbonat (HCO3-), dan mensekresi H+
yang kelebihan. Fungsi tubulus distal yang lainnya adalah mempertahankan pH
cairan ekstrasel (ECF) dalam rentang antara
7.35-7.45. pada tubulus distal, ion K+ juga disekresi ke dalam filtrat. Ketika
filtrat meninggalkan tubulus dan masuk ke dalam duktus kolektivus, disebut urine. Pemekatan terakhir air terjadi di
duktus kolektivus.
Fungsi dasar dari nephron adalah membersihkan atau
menjernihkan plasma darah dari senyawa-senyawa yang tidak perlu. Setelah
glomerulus menyaring darah, tubulus memisahkan cairan tubulus dari porsi yang
diinginkan dan porsi yang tidak diinginkan. Porsi yang diinginkan dikembalikan
ke darah dan yang tidak diinginkan dikeluarkan ke dalam urine. Dari yang
difiltrasi 125 cc/menit, 1 cc nya menjadi urine; dan 124 cc dikembalikan ke
darah.
Gbr.6. Feed back negatif dan positif pengaturan sekresi
renin-angiotensin-aldosteron
Ureter
Ureter adalah tabung yang panjangnya 25-35 cm dan
diameter 2-8 mm yang melewatkan urine dari ginjal ke kandung kemih.
Transportasi urine dari ginjal ke kandung kemih dibantu oleh kontraksi
peristaltic 1-5 kali permenit. Ureter dipersyarafi oleh serabut-serabut syaraf
sympatic dan parasympatic. Serabut syaraf afferent dari ureter memegang peranan
penting dalam merangsang nyeri akut yang hebat (kolik renal) karena sumbatan
dan lewatnya batu ureter.
Pada saat ureter masuk kandung kemih bungkusan mukosa
membran saraf seperti katup uretero-vesical yang mencegah kembalinya urine ke
dalam ureter saat kandung kemih berkontraksi. Karena pelvis renal menampung
urine hanya 3-5 cc, maka ginjal bisa rusak akibat urine balik ke area ini.
Gbr. 7a. Ureter dan hubungannya
ke ginjal dan kandung kemih
|
7b. Posisi ureter saat masuk ke
dinding kandung kemih
|
Kandung kemih
Kandung kemih adalah kantong penyimpanan yang
berlipat-lipat yang terdiri dari jaringan otot yang elastis yang mampu
mengembang (Gbr. 8). Fungsi utamanya adalah bekerja sebagai penampung urine.
Dengan demikian, bila tampungan urine dalalm kandung kemih sudah mencapai
200-250 cc akan menyebabkan distensi ringan dan timbul keinginan untuk
mengeluarkan urine atau berkemih. Ketika jumlah urine mencapai
400cc, rasa tidak nyaman mulai muncul. Proses
pengosongan kandung kemih disebut micturition.
Bisa juga menggunakan Istilah berkemih dan urinasi. Kapasitas kandung kemih
beragam pada setiap individu, berkisar antara 1000 -1800cc.
Keinginan untuk berkemih tergantung pada keutuhan stretch
reseptor pada dinding kandung kemih. Kandung kemih yang menggelembung
merangsang stretch receptor, menyebabkan refleks kontraksi kandung kemih dan
bersamaan dengan relaksasi dari spinchter internal. Kondisi ini diikuti dengan
relaksasi sphincter eksternal, dibawah kontrol voluntary, dan pengosongan
kandung kemih (Gbr. 9a, dan 9b). Serabut-serabut saraf parasimpatik dalam
kandung kemih secara aktif dilibatkan dalam micturition, koordinasi kontraksi
bladder, dan relaksasi sphincter.
Gbr. 9a. Pengontrolan
refleks miksi yang
sederhana saat secara sadar
ingin
berkemih
|
Gbr. 9b. Pengontrolan refleks miksi, saat
secara sadar ingin berkemih
|
Kontraksi voluntary dari spinkter eksternal yang terdiri
dari otot skeletal, merupakan reaksi yang dipelajari, karena tergantung dari
ketepatan fungsi neurologyc. Injury pada saraf yang mempersarafi kandung kemih,
urethra, spinal cord, atau motor area dari korteks dapat mengakibatkan
incontinence. Nyeri atau kesulitan urineren merupakan kondisi abnormal dan
perlu perhatian medik yang segera. Mukosa membran dinding kandung kemih memiliki kemampuan phagositosis.
Aliran urine yang searah dari ginjal ke kandung kemih juga menjaga melawan
infeksi yang asending atau naik.
Keluaran urine atau urine out put normalnya kurang lebih
1500 cc/hari, yang bervariasi tergantung makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Volume urine yang dihasilkan pada malam hari kurang dari setengah dari yang dihasilkan pada siang
hari sebagai akibat pengaruh hormonal. Pola diurnal dari urineren ini normal.
Banyak orang urineren 5-6 kali sehari dan jarang pada malam hari.
Gbr.8. penampang kandung kemih yang menunjukkan area
trigone (segitiga)
Urethra
Urethra merupakan saluran kecil yang keluar dari kandung
kemih ke bagian luar dari tubuh (Gbr. 10). Fungsi utamanya adalah mengeluarkan
urine. Panjangnya pada wanita 3-5 cm dan letaknya tepat dibelakang symphysis
pubis dan anterior vagina. Panjang urethra pria kurang
lebih 20 cm, berasal dari kandung kemih
dan memanjang sepanjang penis. Fungsinya sebagai saluran urine dan semen.
Normalnya, urethra mengandung bakteria. Turbulansi urine yang mengalir melalui
uretrha membilas juga debris dan bakteria. Mukosa membran urethra mengsekresi
mukus yang bacteriostatic.
Fungsi ginjal yang lainnya
Selain fungsinya sebagai pengatur keseimbangan cairan dan
komposisi cairan ekstrasel, ginjal juga berfungsi dalam memproduksi erythropoietin,
produksi dan sekresi renin, dan menggiatkan vitamin D.
Erythropietin diproduksi dan dilepaskan sebagai tanggapan
terhadap menurunnya tegangan oksigen dalam darah yang disupply ke ginjal.
Erythropoietin merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang.
Defisiensi erythropoietin mengakibatkan anemia pada gagal ginjal. Vitamin D
dimetabolisme oleh ginjal dari bentuk yang tidak aktif menjadi metabolit aktif.
Gangguan fungsi ini menyumbang terjadinya renal osteodysthrophy.
Gbr. 10. Organ pelvik yang berhubungan dengan kandung
kemih
dan urethra pada wanita (A) dan pria (B)
Renin penting dalam pengaturan tekanan darah (gbr. 6).
dia dilepaskan dari sel-sel granular
arteriole afferent. Cel-cel ini bersama dengan
macula densa dari tubulus distal convoluted dan cel-cel mesangial, membentuk juxtaglomrular aparatus. Renin
dilepaskan sebagai respon terhadap menurunnya perfussi darah arterial, renal
ischemia, deplesi ECF, norephinephrin, dan konsentrasi Na+ urine meningkat.
Renin mengkatalisa pecahan dari plasma protein angiontensinogen kedalam
angiontensin I, sesudah itu mengubahnya ke angiontensin II. Angiontensin II
merangsang pelepasan aldosteron dari korteks adrenal, dan ini menyebabkan retensi Na+ dan air, yang mengakibatkan
peningkatan volume ECF. Angiontensin II juga menyebabkan penambahan
vasokonstriksi periferal. Peningkatan ECF dan vasokonstriksi menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan darah, yang secara normal bertindak menghambat
pelepasan renin. Produksi renin yang berlebihan bisa merupakan factor yang
menyumbang pada etiology hypertensi renal.
Prostaglandin,
Prostaglandin (PGs) secara stuktur berhubungan dengan
kelompok dari 20 carbon asam lemak dengan 5 cincin carbon. Mereka disintesa
0leh sebagian besar jaringan tubuh dari prekusor asam arrachnoid, sebagai
tanggapan terhadap rangsangan yang tepat. PGs, yang terlibat dalam pengaturan
fungsi sel dan defens host, menggunakan pengaruh utamanya pada sel-sel atau
jaringan yang dekat dengan tempat dimana mereka disintesa.
Pada ginjal, syntesis PG terjadi terutama di medulla.
Ginjal mengsekresi bermacam-macam PG. Selanjutnya PGs ini melakukan
vasodilatasi untuk menambah peningkatan aliran darah ke ginjal dan menambah
ekskresi Na+. Mereka melawan efek vasokonstriksi dari angiontensin dan norephinephrin.
PGs renal bisa mempunyai efek sistemik dalam menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan tahanan tahanan systemic.
Makna dari PGs ini dikaitkan dengan peran ginjal dalam
menyebabkan hypertensi. Pada gagal ginjal dengan hilangnya fungsijaringan parenchymal,
faktor vasodilator renal ini juga hilang. Ini mungkin salah satu gaktor yang
menumbang terjadinya hypertensi pada gagal ginjal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar