Halaman

10 Desember 2012

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE REVERSE GROUPING CARA TABUNG DAN CARA SLIDE


PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE REVERSE GROUPING
CARA TABUNG DAN CARA SLIDE


A.     Tujuan                       
Untuk mengetahui jenis aglutinasi dalam serum probandus sebagai konfirmasi cell grouping.

B.      Prinsip           
Reaksi aglutinasi antara aglutinin dalam serum dengan aglutinogen yang diketahui jenisnya. Bila bersesuaian akan terjadi aglutinasi.

C.      Dasar Teori    
Pemeriksaan konfirmasi golongan darah ABO donor dengan forward and backward typing yaitu pemeriksaan golongan darah dilakukan terhadap sel darah merah dan serumnya secara terpisah. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap golongan darah Rhesus. Pada tahun 1901, Karl Kandsteiner mengadakan pemeriksaan terhadap darahnya sendiri dan beberapa orang temannya dengan memisahkan darah tersebut atas serum dan sel darah, kemudian mencampur setiap sel darah merah dengan serum-serum tersebut dan atas reaksi aglutinasi maka ditetapkan 3 golongan darah yaitu A, B, dan O.
            Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan dengan memisahkan antara sel dan plasmanya ( forward grouping = sel grouping dan reverse gouping = serum grouping )

FORWARD GROUPING
Pasien
Sel pasien diperiksa dengan..?
Interpretasi forward grouping
Anti A
Anti B
1
-
-
O
2
+
-
A
3
-
+
B
4
+
+
AB

REVERSE GROUPING

Serum pasien diperiksa dengan...?

Interpretasi hasil Reverse grouping
Sel A
Sel B
+
+
O
-
+
A
+
_
B
-
_
AB

 
D.     Metode Kerja

1.      Alat                        :
a.      Tabung Sentrifuge
b.      Centrifuge
c.       Tabung reaksi
d.      Rak tabung
e.      Pipet tetes
f.        Object glass
g.      Cover glass

2.      Bahan        :
a.      Serum
b.      Suspensi Sel A 10% untuk slide ( 5% untuk cara tabung ).
c.       Suspensi sel B 10% untuk slide ( 5 % untuk cara tabung ).

3.      Prosedur kerja
a.      Cara Slide
1.)    Taruhlah disebelah kiri dan kanan masing-masing 1 tetes serum yang diperiksa, tambahkan suspensi ery B 10% disebelah kiri dan suspensi sel ery 10% disebelah kanan.
2.)    Campur dengan ujung lidi dan goyangkan kaca secara melingkar.
3.)    Perhatikan adanya aglutinasi dalam 2-3 menit secara makroskopik.
4.)    Pastikan secara mikroskopik.

b.      Cara Tabung
1.)    Sediakan 2 tabung reaksi pendek dalam rak tabung berilah tanda 1 dan 2.
2.)    Isilah masing-masing tabung dengan 2 tetes serum yang diperiksa.
3.)    Kedlam tabung 1 tambahkan 1 tetes suspensi ery B 5%, kedalam tabung 2 tambahkan 1 tetes suspensi ery A % %.
4.)    Centrifuge 1000 rpm selama 3 – 5 menit.
5.)    Amati adanya hemolisis tanpa mengocoknya, amati adanya aglutinasi engan jalan meresuspensikan.
  

E.      Hasil Pengamatan

Ery B
Ery A
Golongan darah
Keterangan
+
_
A
Serum yang diperiksa mengandung agutinin β
-
+
B
Serum yang direaksikan mengandung aglutinin α.
-/
-
AB
Serum yang direaksikan tidak mengandung aglutinin
+
+
O
Serum yang direaksikan mengandung α, β

Keterangan     :
                                     +           : Aglutinasi/ non hemolisis.
      -           : Tidak aglutinasi/ hemolisis.
Cara Slide
Cara Tabung

Probandus
Nama    :......
Umur    :.......
Jenis Kelamin     : ........
 
 










F.       Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pemeriksaan golongan darah metode back typing ( slide dan tabung ) dapat disimpulkan, pasien bergolongan darah B dengan aglutinin α ( adanya aglutinin pada ery A ).



TEKNIK PEMERIKSAAN RHESUS ( RHESUS FACTOR )

A.      Tujuan
   Untuk mengetahui antigen D dalam sel darah.

B.      Prinsip
-          Reaksi aglutinasi antara antigen D dalam sel dengan antigen D dalam modified.
-          Suhu optimal untuk reaksinya 37 0C
-          Dengan anti-D albumin ( anti-D modified )
-          Jenis anti  D inilah yang umumnya di pakai untuk penetapan Rh factor.

C.      Dasar Teori


              Pemeriksaan rhesus yang paling tepat dilakukan sebelum kehamilan terjadi, atau bisa jadi menjadi satu paket dengan pemeriksaan kesehatan pra nikah yang sekarang banyak ditawarkan. Rhesus digolongkan menjadi dua, rhesus negative dan rhesus positif. Rhesus menunjukkan partikel protein yang ada di dalam darah seseorang, negative jika kekurangan protein dalam sel darah merah dan positif jika memiliki protein yang cukup. Ras Asia Afrika cenderung memiliki rhesus positif sedangkan Eropa Amerika memiliki rhesus negatif.
              Apa perlunya pemeriksaan rhesus? Kasus yang sering terjadi ketika sang ibu memiliki rhesus negative dan ayah memiliki rhesus positif. Rhesus positif lebih dominan dibanding rhesus negative. Saat ibu hamil dengan rhesus positif, maka sang bayi bisa memiliki dua kemungkinan rhesus yaitu positif atau negative, dan cenderung positif karena lebih dominan. Hal ini menyebabkan rhesus ibu negative berlawanan dengan rhesus bayi yang positif. Secara otomatis maka tubuh ibu hamil akan memproduksi anti rhesus untuk melindungi tubuhnya dan melawan rhesus positif sang bayi. Anti rhesus yang diproduksi tubuh ibu hamil akan menyerang janin dan menghancurkan sel darah merah sang janin, hal ini akan memicu kerusakan otak, bayi kuning, gagal jantung, anemia di dalam kandungan atau setelah lahir.
              Pada kehamilan pertama dengan beda rhesus, bisa menyebabkan bayi lahir kuning. Risiko akan lebih berat untuk kehamilan kedua, karena anti rhesus yang dibentuk akan semakin kuat, dan bisa mengancam kelangsungan kehamilan Mommy. Jika hal ini terjadi, tentunya perlu dilakukan pengontrolan dengan dokter untuk memonitor perkembangan bayi secara khusus. 

D.     Metode Kerja
1.      Alat      :
a.      Objeck glass
b.      Lidi sebagai pengaduk

2.      Bahan  :
a.      Anti-D modified
b.      Bovin albumin 22%
c.       Suspensi sel 25-40%

3.      Prosedur kerja
1.)    Ambil sebuah objek gelas.
2.)    Pada sebagian bidang teteskan 1 tetes anti-D modified.
3.)    Pada sebagian bidang lainnya teteskan 1 tetes Bovin Albumin 22 %.
4.)    Pada masing-masing tetesan reagen tersebut ditambah atau diberi pula 1 tetes sel yang diperiksa dalam suspense 25-40 %.
5.)    Aduk dengan lidi pengaduk ± 2 Cm, melebar dan pipih. Goyang-goyangkan kaca objek glass diletakkan diatas viewing box dan digoyangkan ( viewing box = kotak atau permukaan kaca dengan sejenisnya yang didalamnya diterangi oleh bola lampu pijar hingga hangatnya permukaan kaca ± 40 0C ).
6.)    Baca hasilnya dalam 2-3 menit ( + ) bila terjadi aglutinasi.

E.      Hasil pengamatan

F.       Pembahasan
G.     kesimpulan




TEKNIK CROSS-MATCH


A.     Tujuan
Untuk mengetahui reaksi aglutinasi dan hemolitik antara darah donor dan resipien.

B.      Prinsip
Mayor       : reaksi antara sel donor dan serum resipien, bila terjadi aglutinasi atau hemolisis, maka darah atau eritrosit donor tidak dapat ditranfusikan.
Minor        : reaksi antara sel resipien dan serum donor, bila terjadi aglutinasi atau hemolisis, darah/plasma donor tidak dapat ditranfusikan.

C.      Dasar Teori
                  Pemeriksaan uji silang serasi darah merupakan pemeriksaan utama sebelum dilakukan tranfusi darah yaitu memeriksa kecocokan antara darah pasien dengan darah donor sehingga darah yang dikeluarkan dari  UTD benar-benar cocok ( kompatibel ).
                  Adapun metode uji silang serasi yaitu metode aglutinasi dan metode Crossmatch. Fungsi dari uji silang antara lain :
1.      Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan pasien sehingga menjamin kecocokan darah yang akan ditranfusikan bagi pasien.
2.      Mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang dapat mengurangi umur eritrosit donor/ menghancurkan eritrosit donor.
3.      Cek akhir uji kecocokan golongan darah ABO.                 
                  Melihat urgensinya permintaan darah bagi seorang pasien maka cross – match dibagi dalam 3 kategori yaitu :
1.      Cross Matching Rutin.
2.      Crossmatch Emergency.
3.      Crossmatch Persiapan Operasi.
            Bardasarkan mediumnya :
1.      Saline
2.      Bovine
3.      Coomb’s
            Untuk melaksanakan masing-masing crossmatch tersebut, langkah pertama adalah :
1.      Memeriksa golongan darah ABO dari resipien dan donor.
2.      Memeriksa factor rhesus dari pasien dan darah donor yang akan ditranfusikan dengan cara yang benar seperti telah diterangkan.
3.      Mempersiapkan suspensi sel pasien maupun donornya yang 5%.
            Barulah dilakukan crossmatch sesuai dengan tuntutannya.
D.     Metode Teori
1.      Alat      :
a.      Centrifuge
b.      Mikroskop
c.       Tabung serologi
d.      Tabung centrifuge
e.      Pipet pasteur
f.        Rak tabung
g.      Objek glass.
2.      Bahan
a.      Sel donor 5%
b.      Sel pasien 5%
c.       Serum donor
d.      Serum pasien
e.      Bovin Albumin 22%
f.        Saline
g.      Coomb’s serum
3.      Prosedur
a.      Teknik Crossmatch Rutin
1.)    Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Isikan
Tabung 1
Tabung 2
2 tetes serum OS
2 tetes serum DN
1 tetes sel donor 5%
1 tetes sel OS 5%
2.)    Kedua tabung dikocok – kocok lalu diputar 1000 rpm/ 1 menit atau 3000 rpm/ 15 detik.
Baca reaksi terhadap hemolisis/ aglutinasi.
Hasil :  bila hemolisis dan aglutinasi positif : tidak cocok.
            Bila hemolisis dan aglutinasi negatif : pemeriksaan dilanjutkan di phase III ( point 3 ).
3.)    Kedua tabung ditambah 2 tetes Bovin albumin 22%. Lalu kedua tabung diinkubasikan kedalam waterbath suhu 370C selama 15 menit lalu kedua tabung diputar 1000rpm/1 menit.
Baca reaksinya terhadap hemolisis/ aglutinasi
Hasil : Bila hemolisis dan aglutinasi positif : tidak cocok.
            Bila hemolisis dan aglutinasi negatif : pemeriksaan dilanjutkan di phase III ( point 3 ).
4.)    Cuci selnya 3 – 4 kali dengan saline dengan cara yang baik pencuciannya 3 kali sudah cukup membuang sisa – sisa globulin yang bebas. ( bila diperlukkan supernatant saline di tets dengan asam sulfosalisil 20%).
5.)    Tambahkan pada sediment masing – masing 2 tetes Coomb’s serum, dicentrifuge 1000 rpm/ 1 menit, baca reaksinya secara mikroskopis.
Hasil    :
Aglutinasi positif         : tidak cocok ( incompatible )
Aglutinasi Negatif       : cocok ( compatible ).
b.      Teknik Crossmatch emergency
1.)    Sediakan 4 buah tabung
Isikan :
Mayor test     
Tabung I          : 2 tetes serum OS
                          1 tetes sel donor 5 %.
                         2 tetes bovin albumin 22%
Tabung II         : 2 tetes serum OS
                          1 tetes sel donor 5%
Minor Test
Tabung I          : 2 tetes serum donor
                          1 tetes sel OS 5%
                           2 tetes bovin albumin 22%
Tabung II         :  2 tetes serum donor
                           1 tetes sel OS 5%
2.)    Keempat tabung dikocok-kocok.kemudian :
Tabung II dan IV putar 1000 rpm/ 1 menit
Tabung I dan III diinkubasi suhu 370 C  selama 15 menit.
3.)    Baca tabung I dan IV terhadap :
Hemolisis atau tidak
Aglutinasi atau tidak secara makroskopis dan mikroskopis.

Hasil
               a.      Bila tidak ada hemolisis dan aglutinasi =  darah donor COCOK ( COMPATIBLE)     darah donor boleh kirim ke rumah sakit.
               b.      Bila ada hemolisis dan aglutinasi = darah donor TIDAK COCOK ( INCOMPATIBLE). 
                       Dan cari causanya.
4.)    Tabung I dan II sesudah di inkubasi dengan suhu 370C.
Putar  1000 rpm/ 1 menit baca hasilnya, bila hasilnya negative, cuci selnya 3 – 4 kali saline.
Pada masing – masing sel ditambah 2 tetes coomb’s serum lalu kocok.
Putar 1000 rpm/ 1 menit baca reaksinya ( makroskopis dan mikroskopis )



E.      Hasil Pengamatan
1.)    Teknik crossmatch rutin
Hasil : aglutinasi negatif ( compatible )

                                                                             
                                                                       
Keterangan :
Tabung 1   = 2 tetes serum OS + 1 tetes sel Dn 5%.
Hasil          =  aglutinasi negatif ( compatible ).
Tabung 2   = 2 tetes serum DN + 1 tetes sel OS 5%.
Hasil          = aglutinasi negatif ( compatible ).
Tabung 3   = 2 tetes serum OS + 1 tetes sel OS 5%
Hasil          = aglutinasi negatif ( compatible ).

2.)    Teknik crossmatch emergency
Hasil    = terjadi hemolisis dan tidak ada aglutinasi
 







         A             B                                          C          D

Keterangan :
A dan B      = Mayor test
C dan D     = Minor test
Hasil          = Mayor test   = compatible ( cocok ) = aglutinasi negatif
                     Minor test    = campatible ( cocok )            = aglutinasi negatif 

F.       Pembahasan
                  Pada praktikum teknik crossmatch, dilakukan percobaan dengan menggunakan 3 teknik yaitu crossmatch rutin, teknik crossmatch emergency. Hasil kedua teknik yang telah dipraktekkan menunjukkan haisl yang cocok ( compatible ) yang ditandai dengan terjadinya hemolisis dan tidak terbentuk aglutinasi pada masing-masing teknik.
Dalam crossmatch emergency darah sudah dikirim kerumah sakit jika pada medium saline hasil negatif pada hemolisis maupun aglutinasi. Teknik ini dilakukan bila permintaan darah diajukan 2 – 3 hari sebelum operasi dijalankan.

G.     Kesimpulan
                  Pada praktikum crossmatch yang dilakukan bai pada teknik crossmatch rutin dan crossmatch emergency. Diperoleh hasil yang compatible atau cocok.


Tidak ada komentar: