BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Manusia merupakan hospes enam
spesies ameba yang hidup dalam rongga usus besar yaitu Entamoeba histolytica,
Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Jodamoeba butschlii, Dientamoeba fragilis,
Endolimax nana, dan satu spesies ameba yang hidup dalam rongga mulut yaitu
Entamoeba gingifalis. Di mana semua spesies Entamoeba ini hidup sebagai
komensal pada manusia kecuali Entamoeba histolytica.
Selain hidup pada rongga usus besar,
golongan Rhizopoda ada pula yang hidup bebas di air tawar, air laut, atau
tempat berlumpur. Di antara ameba golongan Rhizopoda yang hidup secara bebas (
free living ameba ) ada dua genus yang hidup fakultatif dan patogen pada
manusia, yaitu genus Naegleria dan Achantamoeba yang dapat menyebabkan penyakit
Meningitis amebic.
Oleh karena itu perlunya menambah
wawasan tentang beberapa spesies rhizopoda khususnya spesies – spesies yang
patogen terhadap manusia. Agar dapat mencegah timbulnya penyakit yang
disebabkan oleh spesies – spesies Rhizopoda ini.
1.2. Tujuan
penulisan
1) Sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah Praktikum Parasitologi.
2) Untuk
mengetahui berbagai macam spesies yang tergolong Rhizopoda, khususnya yang
patogen dan berbahaya bagi manusia.
3) Untuk menambah
wawasan tentang golongan Rhizopoda.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Rhizopoda
Protozoa merupakan makhluk hidup yang menyerupai hewan.
Protozoa hidup di air
tawar (selokan, parit, sungai, dan waduk), air laut, permukaan tanah yang
lembap, rendaman jerami, dan di dalam tubuh makhluk hidup lain atau di dalam
jasad yang mati.
Protozoa merupakan makhluk hidup bersel satu yang bersifat mikroskopis.
Segala aktivitas hidup terjadi di dalam sel itu sendiri. Pada keadaan tertentu,
Protozoa dapat membentuk dirinya menjadi kista. Protozoa dapat berkembang
biak dengan cara aseksual dan seksual. Secara
aseksual
dilakukan dengan
membelah diri dan secara seksual dengan konjugasi.
Protozoa dibagi menjadi enam filum, yaitu Rhizopoda atau
Sarcodina (berkaki semu), Actinopoda, Foraminifera, Flagellata atau
Mastigophora (bercambuk), Ciliata (berambut getar), dan Sporozoa (penghasil
spora).
Rhizopoda adalah Protozoa yang mempunyai alat gerak berupa kaki
semu (pseudopodia). Salah satu contoh Rhizopoda adalah Amoeba sp. Manusia
merupakan hospes enam spesies ameba yang
hidup di rongga usu besar yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba coli,
Entamoeba hartmanni, Iodamoeba butschilii, Dientamoeba fragilis, Endolimax nana
dan satu spesies yang hidup di mulut, yaitu Entamoeba gingivalis. Semua ameba
ini tidak pathogen, hidup sebagai komensal pada manusia, kecuali E,histolytica
yang menjadi pathogen.
Rhizopoda
termasuk protista mirip hewan.
Rhizopoda bergerak dan menangkap makanannya dengan kaki semu (pseudopodia).
Tubuh Rhizopoda bersel tunggal dan bentuk selnya dapat berubah-ubah. Hewan dari
filum ini hidup bebas di air tawar, air laut, atau tempat berlumpur.
2.2 klasifikasi
golongan rhizopoda
1.
Ameba
Yang Hidup di Rongga Usus Besar
a)
Entamoeba histoytica
Morfologi
Sebagai
hospes adalah manusia dengan penyakit
amebiasis
Ada
3 stadium, meliputi :
Bentuk
Histolitika/Tropozoit
Ukuran :
20-40 µ
Inti :
+ di endoplasma
Endoplasma : berisi sel darah merah
Ektoplasma
: bening,homogen di tepi sel,pseudopodia
besar dan lebar seperti daun
Tempat
hidup : jaringan usus bessr, hati,paru,otak,kulit dan vagina
Bersifat : patogen
Bentuk
minuta
Ukuran :
10 – 20 µ
Inti :
+ di endoplsma
Endoplasma : berisi bakteri dan sisa
makanan
Ektoplasma : pseudopodia dibentuk perlahan shg
gerakannya lambat
Tempat hidup : komensal di rongga usus
besar
Bersifat
non patogen, tapi tanpa bentuk ini daur hidup ameba ini tidak dpt berlangsung.
Bentuk
kista
Ukuran :
10 – 20 µ
Inti :
+ 2 - 4
Endoplasma
: benda kromatoid bsr seperti lisong, vakuol glikogen
Tempat hidup : komensal di rongga usus
besar
Bersifat non patogen, merupakan bentuk
infektif
Infeksi dapat terjadi jika menelan kista
matang.
Patogenesis dan gambaran klinis.
Bentuk
histolytica memasuki mukosa usus besar yang utuh kemudian mengeluarkan enzim
yang dapat menghancurkan jaringan ( melisiskan ). Enzim ini adalah enzim
cysteine proteinase yang disebut histolisin.
Kemudian
bentuk histolitika memasuki submukosa dengan menembus lapisan muskularis
mukosae, bersarang di submukosa dan membuat kerusakan yang lebih luas dari pada
di mukosa usus. Akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus ameba.
Apabila
terjadi infeksi sekunder maka terjadilah proses peradangan yang dapat
menyebabkan kerusakan lebih meluas di submukosa dan melebar ke lateral sepanjang
sumbu usus, maka kerusakan dapat menjadi luas sekali sehingga ulkus-ulkus
saling berhubungan dan terbentuk sinus-sinus di bawah mukosa.
Bentuk
histolitika ditemukan dalam jumlah besar di dasar dan dinding ulkus. Dengan
peristalsis usus, bentuk ini dikeluarkan bersama isi ulkus ke rongga usus
kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat atau dikeluarkan bersama tinja.
Tinja ini disebut tinja disentri yaitu tinja yang bercampur lendir dan darah.
Tempat yang
sering dihinggapi ( predileksi ) adalah sekum, rectum, sigmoid. Seluruh kolon
dan rektum dapat dihinggapi bila infeksi berat. Bentukklinis yang dikenal
adalah amebiasis intestinal dan amebiasis ekstraintestinal.
Cara menegakkan diagnosis / diagnosis banding.
Diagnosa
dapat ditegakkan dengan
1. Diagnosa
klinik
2. Diagnosa
laboratorium
3. Radio
foto, dan
4. Test
imunologi
Diagnosa
untuk Amoebiasis hystolitica dapat dibagi :
1. Amoebiasis
intestinal akut, dapat ditegakkan dengan :
a. Gejala
klinik yaitu diare yang terjadi ± 10 kali sehari disertai demem dan sindrome
disentri.
b. Laboratorium
dengan ditemukannya E. Hystolitica stadium hystolitica pada tinja encer yang
bercampur darah . Pada pemeriksaan darah terjadi leukositosis.
2. Amoebiasis
intestinal akut, dapat ditegakkan dengan :
a. Gejala
klinik: diare bergantian dengan koptipasi. Jika terjadi eksaserbasi akut,
biasanya terjadi sindroma disentri.
b. Laboratorium,
menemukan E. Hystolitica stadium kista padfa tinja yang agak padat. Pada
pemeriksaan ini lebih sulit untuk menemukan parasit ini, maka perlu dilakukan
pemeriksaan berulang sampai tiga kali. Dapat pula dilakukan sigmoidoskopi dan
reaksi serologi.
3. Amoebiasis
hepatitis
a. Pemeriksaan
klinik, penderita datang dengan kesakitan, membungkuk seperti menggendong perut
sebelah kanan, disertasi demam, berat badan menurun atau nafsu makan berkurang.
Pada palpasi hati teraba hati yang membesar dengan nyeri tekan.
b. Laboratorium,
darah ditemukan leukositosis. Pada biopsi dasar abses ditemukan E. Hystolitica
stadium hystolitica. Pada aspirasi nanah dapat ditemukan E. Hystolitica stadium
hystolitica. Bila tidak ditemukan, dapat dilakukan test serologi yaitu test
haemaglutinasi dan test immunologi.
4. Amoebiasis
paru
a. Pemeriksaan
klinik sukar dibedakan dengan infeksi paru lainnya, hal ini karena tidak ada
laporan mengenai gejala klinik yang khas dari amoebiasis paru.
b. Laboratorium,
sputum penderita yang berasal dari penyebaran amoebiasis secara hematogen akan
ditemukan E. Hystolitica stadium hystolitica.
Pengobatan.
Menggunakan obat amebisid
yang penting yaitu :
1.
Emetin
hidroklorida
Obat ini
berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini hanya efektif bila
diberikan secara parenteral, karena pada pemberian secara oral absorpsinya
tidak sempurna. Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis maksimum untuk orang dewasa
adalah 65 mg/hr, dan anak di bawah 8 tahun 10 mg/hr. Lama pengobatan 4-6 hari.
2.
Klorokuin
Obat ini
merupakan amebisit jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histoitika. Efek
samping dan efek toksiknya bersifat ringan, antara lain mual, muntah, diare,
dan sakit kepala. Dosis untuk orang dewasa adalah 1 g/hr selama 2 hari,
kemudian 500 mg/hari selama 2-3 minggu. Obat ini juga efektif untuk amebiasis
hati.
3.
Antibiotik
Tetrasiklin
dan eritromisin bekerja secara tidak langsung sebagai amebisit dengan
mempegaruhi flora usus. Paromomisin bekerja langsung pada ameba. Dosis yang di
anjurkan adalah 25 mg/kg berat badan/hari selama 5 hari, diberikan secara
terbagi.
4.
Metronidazol
( Nitroimidazol )
Metronidazol
merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolitika dan bentuk
kista. Efek samping ringan, antara lain mual, muntah, dan pusing. Dosis untuk
orang dewasa adalah 2 gr/hari selama 3 hari berturut-turut, diberikan secara
terbagi.
Epidemiologi
1. Amebiosis ditularkan oleh pengandung kista matang
(carrier) karena tinjanya merupakan sumber infeksi.
2. Air, makanan, sayuran, dan lalat yang terkontaminasi
oleh tinja carrier dapat sebagai sumber infeksi.
3. Kista matang sebagai bentuk infektif dapat hidup 10-14
hari (dalam air), ± 12 hari (lingkungan lembab dan dingin. Tahan terhadap klor
(cl2).
4. Kista mati pada suhu 500 C dan kering.
Gambar spesies
Bentuk
trofozoid
Bentuk
kista
b)
Entamoeba coli
Morfologi
Entamoeba coli merupakan parasit usus besar, frekuensi 10 sampai 30% di dunia. Lingkaran hidup samaE.histolytica, hanya saja untuk Entamoeba coli tidak terdapat ekstra Intestinal.
Morfologi
berbentuk tropozoit dan kista. Bentuk tropozoit berukuran 20 – 40 µm, Ektoplasma dan endoplasmatidak
memiliki batas yang jelas, pseudopodia agak membulat, gerakannya lambat dan
tidak bertujuan. dalamEndoplasma ; didapatkan adanya bakteri-bakteri, khromatin
body, sel-sel tumbuh-tumbuhan, eritrosit tidak ada.Nukleus (inti) ; letak kariosome eksentrik, perifer
khromatin kasar (membran inti kasar), dan terdapat halo.
Bentuk kista
berukuran 10 – 33 µm, berbentuk bulat, dinding jelas refraktil dan berlapis
dua. Inti antara 1 – 8 dengan kariosom eksentrik. Inklusi hanya merupakan
batang kromodial yang ramping rudimenter. Bentuk kista pada stadium dewasa
(matur) terdapat 8 inti. Diagnosa laboratorium ; sama seperti Entamoeba histolytica.
Patologi dan gejala klinis
Entamoeba coli
bukan merupakan golongan yang patogen baik terhadap manusia maupun hewan (hidup
komensal di usus besar).
Cara menegakkan diagnosis / diagnosis banding
Diagnosa ditegakan dengan menemukan
bentuk trofozoit atau bentuk kista dalam tinja
Pengobatan
Karena
Entamoeba coli bukan merupakan bakteri patogen (flora normal), maka tidak ada
pengobatan untuk Entamoeba coli.
Epidemiologi
Entamoeba coli
tidak menimbulkan penyakit pada manusia.
Gambar spesies
Bentuk kista
c)
Entamoeba hartmani
Morfologi
Kista dari E.hartmanni sangat mirip
dengan E. histolytica, tetapi lebih kecil, kurang dari 10 microns. Sangat
sering berisi kurang dari 4 nuclei tetapi 4 nuclei adalah karakteristik dari
jenisnya. Kistanya juga berisi chromatoidal bar.
Namun, mereka sedikit lebih kecil
dan lebih banyak. Tropozoid dari E. hartmanni berukuran 5-12 micron juga
sedikit lebih kecil daripada yang E. histolytica dan sering berisi banyak
parasite / Hypeparasite.
Ukuran dari tropozoid diubah oleh
keberadaan hyperparasites. Perawatan harus diambil ketika terjadi diferensiasi
tropozoid dari E. hartmanni dan E. histolytica. Spesies yang ditemukan dalam
usus besar dari manusia, lain kera, dan anjing.
Patogenesis
Entamoeba hartmanni dianggap
nonpathogenic. Walaupun Entamoeba hartmanni dianggap nonpathogenic, protozoa
ini dapat dianggap sebagai indikator dari kontaminasi fecal.
Cara
menegakkan diagnosis / diagnosis banding
Karena pada sediaan basah organisme ini
sulit dibedakan dengan amoeba lain yang berukuran hampir sama, identifikasinya
dilakukan dengan sediaan pulasan permanen. Dengan pengukuran yang akurat akan
lebih memastikan diagnosa.
Pengobatan
Tidak ada sistem pengobatan untuk
Entamoeba hartmani karena spesies Rhizopoda jenis ini bukan merupakan organisme
yang patogen pada manusia
Gambar spesies
d)
Iodamoeba
butschlii
Morfologi
Iodamoeba butschlii frekuensi kasusnya sebanyak ± 8% pada manusia, berinti khas, kista
tidak teratur dan benda glikogen yang besar dalam kista berinti 1. Iodomoeba butschlii mempunyai pseudopodia
tumpul dan dikeluarkan mempunyai 3 bentuk stadium, yakni bentuk
tropozoit, prekista, dan kista.
Bentuk tropozoit berukuran 6 – 20 µm
(rata-rata 10 µm), ektoplasma sedikit/hampir tidak terlihat,
pergerakan agak aktif dengan pseudopodia tumpul dan jernih, endoplsma mempunyai sitoplasma
granuler dengan partikel makanan, bakteri, kristal, sel tumbuh-tumbuhan, sering
dalam vakuole. Dan tidak makan sel darah merah. Inti berbentuk khas dan bulat,
kariosom berbentuk bulat dan letaknya di tengah-tengah, hampir memenuhi inti,
antara kariosom dan inti terdapat benang-benang.
Bentuk kista berukuran 5 – 18 µm,
dengan bentuk ireguler. Glikogen vakuole berbatas tegas dan jelas, serta batang
kromidial tidak ada. Jumlah inti hanya 1, kecuali kista yang akan pecah
terdapat 2 inti. Diagnosa laboratorium ; sama seperti pemeriksaan E.histolytica.
Patogenesis
Sama seperti Entamoeba
hartmani, Iodamoena butschlii juga bukan merupakan ameba patogen pada tubuh manusia
atau tidak berbahaya dan hanya hidup komensal di usus besar.
Gambaran klinis
Karena Iodamoeba butschlii
bukan merupakan ameba yang patogen, maka tidak menyababkan penyakit sehingga
tidak ada gejala klinis yang dapat ditemukan sebagai akibat dari Iodamoeba
butschlii.
Cara menegakkan diagnosis / diagnosis banding
Meski kistanya dapat diidentifikasikan
dengan sediaan basah, terutama bila vakuol dipulas dengan iodium, trofosoitnya
sulit dideteksi dan diidentifikasi tanpa sediaan pulasan permanen.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan untuk Iodamoeba
butschlii karena tidak bersifat patogen.
Gambar
spesies
Bentuk trofozoit
Bentuk kista
e)
Dientamoeba
fragilis
Morfologi
Dientamoeba
fragilis mempunya bentuk bulat memanjang, bulat, dan memiliki flagela.
Dientamoeba fragilis hanya ditemukan dalam fase trophozoit, tidak ditemukan
fase kistanya. Ciri trophozoit:
•Ukurannya
kecil (5 to 15 μm)
•Berinti
dua
•Bentuk
bulat (saat tidak bergerak)
•Pergerakannya cepat
•Pseudopodium banyak dengan
bentuk seperti daun
Patogenesis
Infeksi oleh Dientamoeba fragilis disebut
Dientamoebiasis, dengan gejala nyeri di bagian perut, penurunan berat
badan, diare, anoreksia, mual-mual, dan demam. Jika infeksi sudah kronis,
gejala yang muncul akan berlangsung hingga lebih dari dua bulan.
Gambaran
klinis
Ciri – ciri orang yang terinfeksi
Dientamoeba fragilis akan mengalami penurunan berat badan, diare, anorexia, nyeri
di bagian perut, mual, serta demam dalam waktu yang cukup lama.
Cara
menegakkan diagnosis / diagnosis banding
Diagnosa tergantunbg dari teknik
pengumpulan dan teknik prosesing yang benar ( paling sedikit disiapkian 3
spesimen tinja ).
Morfologi masanya terbatas, sehingga
pemerikisaan tinjanya harus segera diawetkan/ fiksatif setelah defekasi. Yang
penting dibuat pilasan permanen dan diperiksa dengan mikroskop obyektif 100x +
oil emersi
Gambar
spesies
Bentuk trofozoit
f)
Endolimax
nana
Morfologi
•Merupakan spesies yang komensal di usus
•Merupakan protozoa yang hidup
parasit di dalam alat pencernaan dan alat kelamin manusia
•Tropozoitnya berbentuk bulat,
sitoplasma seperti jala dan mengandung bakteri
•Endosome umumnya berbentuk segitiga,
segiempat/sisinya takteratur, letaknya ditengah
•Kista sitoplasmanya
seperti jala, inti bervariasi jumlahnya dari satu–empat, dan strukturnya sama seperti
tropozoit
Patogenesis
Bukan
merupakan ameba yang patogen pada tubuh manusia.
Cara
menegakkan diagnosis / diagnosis banding
Diagnosa pasti dilakukan berdasarkan
pulasan pernmanen, kista dapat diidentifikasi berdasarkan pemeriksaan basah
sepertiteknik konsentrasi dan flotasi. Kariosom keempat intinya sangat
refraktil pada sediaan basah.
Gambar
spesies
bentuk trofozoit dan bentuk kista
2) Ameba yang hidup di Rongga Mulut
a) Entamoeba gingivalis
Morfologi
Keseluruhan mengandung
butir-butir atau banyak vakuola terutama vakuola-vakuola makanan di dalam
sitoplasma.
·
Inti
sel berbentuk bola, diameternya 2-4 mikron
·
Terdapat
endosome di dalam ini yang terletak hampir di tengah
·
Tidak
mempunyai kista, tetapi di dalam kulture ada bentuk kistoid
·
Ukurannya
kira-kira 12-30 mikron diameternya
Patogenesis
Entamoeba
gingivalis sebelumnya dianggap parasit yang komensal, sampai akhirnya beberapa
peneliti menemukan bahwa E. gingivalis bersifat patogen yaitu dapat memfagosit
sel darah putih dan sel darah merah.
Cara menegakkan diagnosis /
diagnosis bandin
Diagnosa ditemukan dalam pulasan
permanen, dimana fragmen inti dari sel darah putih dapat terlihat dalam vakuola
makanan yang biasanya lebih besar dari pada E. Hystolitica, karena E,
gingivalis merupakan satu-satunya spesies yang hanya memfagosit sel lekosit.
Gambar
spesies
Bentuk trofozoit
2.3 Prognosis
Terapi obat dapat menyembuhkan amebiasis dalam
beberapa minggu. Namun,
karena obat tidak dapat mencegah Anda dari mendapatkan terinfeksi lagi, ulangi
episode amebiasis dapat terjadi jika Anda terus hidup atau bepergian ke daerah
dimana amuba ditemukan.
Diantara anak-anak di negara berkembang,
terutama bayi dan orang-orang muda dari 5, amebiasis pencernaan bisa berakibat
fatal. Seluruh dunia, amebiasis
adalah penyebab paling umum ketiga kematian karena infeksi parasit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tidak semua spesies Rhizopoda merupakan
bakteri patogen, akan tetapi penting untuk dipelajari sebagai pembanding dengan
spesies yang lain.
3.2 Saran
Kepada pembaca sekalian, penulis
menyarankan agar pembaca sekalian menjaga kesehatan dan kebersihan diri
sehingga terhindar dari infeksi ameba yang patogen.
1 komentar:
Isinya bagus tapi kok latarnya begitu banget yak. jadi alay. diperbaiki lagi
Posting Komentar