Diposkan
oleh Cimobi Crew
1. Leukosit
Leukosit adalah sel darah
berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-rata 5000-9000
sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis,
bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka
sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan
hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk
inti yang bervariasi, Yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen
dengan inti
bentuk bulat atau bentuk ginjal.
Terdapat dua jenis leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit;
monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis
leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat
dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam.
Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit
tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing
jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat
dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus
yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003; Price dan
Wilson, 2006)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat,
leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah perifer sepanjang
pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan melakukan gerakan
amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel
endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah
intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik
terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003; Price dan Wilson, 2006).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah
4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai
12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam
sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14
-15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Neutrofil
Neutrofil berkembang dalam sumsum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, selsel
ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah bervariasi
10-20um, satu inti dan 2-5 lobus. Granula pada neutrofil ada dua :
- Azurofilik yang mengandung
enzym lisozom dan peroksidase.
- Granul spesifik lebih kecil
mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal
(protein Kationik) yang dinamakan
fagositin.
Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik,
menfagosit partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino D oksidase dalam
granula azurofilik penting dalam pengenceran dinding sel bakteri yang
mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo
peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida
bekerja pada molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya. Dibawah
pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin toksin streptokokus membran
granula-granula neutrofil pecah, mengakibatkan proses pembengkakan diikuti oleh
aglutulasiorganel- organel dan destruksi neutrofil.
Neotrofil mempunyai metabolisme
yang sangat aktif dan mampu melakukan glikolisis baik secara arrob maupun anaerob.
Kemampuan nautropil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan,
karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris pada
jaringan nekrotik. Fagositosis oleh neutrfil merangsang aktivitas heksosa
monofosfat shunt, meningkatkan glicogenolisis. (Effendi, 2003).
Prekursor paling dini adalah mieloblas yang dengan pembelahan-pembelahan sel
nantinya menjadi promielosit, mielosit, metamielosit. Maturasi netrofil
diklasifikasikan di antara metamielosit.(Hoffbrand dan Pettit, 1996).
EOSINOFIL. Jumlah eosinofil hanya 1-4 %
leukosit darah, bergaris tengah 9um. Inti biasanya berlobus dua, Retikulum
endoplasma mitokonria dan apparatus Golgi kurang berkembang. Mempunyai granula
ovoid yang dengan eosin asidofkik, granula adalah lisosom yang mengandung
fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil
mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih lambat
tapi lebih selektif dibanding neutrifil. Eosinofil memfagositosis komplek
antigen dan anti bodi, ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan
fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibody. Eosinofil
mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan darah dari
pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses Patologi.
Kortikosteroid akan menimbulkan penurunan jumlah eosinofil darah dengan cepat.
(Effendi, 2003).
BASOFIL. Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran
garis tengah 12um, inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk
huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali
menutupi inti, bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis
Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil metakromatik dan
mensekresi histamin dan heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan sel
utama pada tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit basofil. Hal
ini menunjukkan basofil mempunyai hubungan kekebalan. (Effendi, 2003).
LIMFOSIT. Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah
6-8um, 20-30% leukosit darah.Normal, inti relatifbesar, bulat sedikit cekungan
pada satu sisi, kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan electron
mikroskop. Sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik,
mengandung granula-granula azurofilik. Klasifikasi lainnya dari limfosit
terlihat dengan ditemuinya tanda-tanda molekuler khusus pada permukaan membran
sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptos seperti imunoglobulin
yang mengikat antigen spesifi. Lirnfosit dalam sirkulasi darah normal dapat
berukuran 10-12um ukuran yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih
banyak. Kadang-kadang disebut dengan limfosit sedang. Sel limfosit besar
yang berada dalam kelenjar getah bening dan akan tampak dalam darah dalam
keadaan Patologis, pada sel limfosit besar ini inti vasikuler dengan anak inti
yang jelas. Limfosit-limfosit dapat digolongkan berdasarkan asal, struktur
halus, surface markers yang berkaitan dengan sifat imunologisnya, siklus hidup
dan fungsi. (Effendi, 2003).
MONOSIT. Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah
leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter
mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan berbentuk
tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat
tetap momosit Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu
pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak
tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom,
pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus Golgi berkembang baik,
ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti.
Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga tubuh.
Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai
tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk imunoglobulin dan
komplemen. Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding kapiler masuk
kedalam jaringan penyambung. DaIam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi
dengan limfosit dan memegang peranan penting dalam pengenalan dan interaksi
sel-sel immunocmpetent dengan antigen. (Effendi, 2003).
2. TROMBOSIT
Trombosit dalam sirkulasi adalah kepingan-kepingan dari sitoplasma megakariosit
dan dihasilkan dalam sumsum tulang. Umurnya dalam sirkulasi sekitar 10hari.
Trombosit yang baru dibentuk berukuran lebih besar dan memiliki kemampuan
hemostatis lebih baik dari trombosit tua dalam sirkulasi.
Struktur trombosit. Membran trombosit kaya fosfolipid, diantaranya
faktor trombosit 3 yang dapat meningkatkan pembekuan saat hemostatis. Trombosit
mengandung serabut protein yang dapat mengerut, yakni aktin dan miosin, pipa
halus sejenis kerangka yang memungkinkan trombosit berubah bentuk, granula
berisi ADP dan ATP, ion Ca dan serotonin, serta granula alfa yang mengandung
enzim lisozim. Faktor trombosit 4 dan beta-tromboglobulin adalah zat yang hanya
terdapat dalam trombosit utuh. Adanya trombosit ini dalam plasma menunjukkan
adanya proses penghancuran trombosit berlebih.
Fungsi trombosit. Fungsi utama adalah pembentukan sumbat mekanis selama
respon hemostatik normal terhadap luka vaskular. Selain itu punya protein
stabilisasi fibrin, penggandaan sel endotel setelah rusak, penyimpanan ion
kalsium. ( Tinjauan Klinis Hasil Pemriksaan Laboratorium, edisi 9, Kapsel
Hematologi).
Trombopoesis. Trombosit berasal dari sel induk pluripoten yang tidak
terikat (noncommitted pluripotent stem cell), yang jika ada permintaan
dan dalam keadaan adanya faktor perangsang trombosit, interleukin, dan TPO
(faktor pertumbuhan dan perkembangan megakariosit), berdiferensiasi menjadi
sekelompok sel induk yang terikat (committed stem cell pool) untuk
membentuk megakarioblas dan mengalami maturasi menjadi megakariosit raksasa.
Megakariosit mengalami endomitosis, terjadi pembelahan inti di dalam sel tetapi
sel itu sendiri tidak membelah. Sitoplasma sel akhirnya memisahkan diri menjadi
trombosit-trombosit. (Patofisiologi, Edisi 6, Price and Wilson)
Hemostasis, merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya
atau robeknya sekaligus mempertahankan darah dalam
keadaan cair di dalam kompartemen vaskular. Hemostasis normal terdiri
dari Vaso konstriksi, Agregasi trombosit, Pembekuan, Pertumbuhan jaringan ikat.
Pada Vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran
darah di sebelah distal cedrea terganggu. Kemudian terjadi adhesi trombosit,
yakni trombosit melekat pada kolagen terpapar yang membutuhkan faktor Von
Willebrand dan glikoprotein membran trombosit tertentu. Selanjutnya pembentuksn
sumbat trombosit yang melibatkan 3 fungsi trombosit :
- Pelepasan ADP, ATP, Ca, dan
serotonin dari granula dalam trombosit menyebabkan agregasi
sekunder trombosit pada bagian pembuluh darah yang rusak.
- Pembentukan tromboksan A2
trombosit, suatu agregator trombosit yang kuat dan vasokonstriktor. Sebaliknya prostaglandin
intermediate yang dibentuk oleh trombosit dimetabolisir dalam dinding
pembuluh darah menjadi prostasiklin (PGI2), suatu antiagregator
dan vasodilatator.
- Peran serta trombosit dalam
pembekuan darah. Beberapa reaksi bertingkat koagulasi memerlukan lipid
trombosit dan terjadi pada membran trombosit. Reaksi mencakup Faktor XI,
VIII, X, dan V. Trombosit juga berperan dalam pembekuan dengan pelepasan
Faktor pembekuan I, V, VIII, dan XIII yang tersimpan. Trombin yang
dihasilkan merupakan suatu agregator trombosit yang kuat.
Setelah itu, terjadi pembentukan jaring fibrin yang terikat dengan agregat
tormbosit sehingga terbentuk sumbat trombosit atau trombus yang lebih stabil.
Kemudian pelarutan parsial atau total agregat hemostasis atau trombus yang
lebih stabil. (Biokim Harper, 2003; Kapita Selekta Hematologi, Edisi3, 2001)
DAFTAR PUSTAKA
Murray, Robert K et.al., 2003.
BIOKIMIA HARPER EDISI 25. Jakarta : EGC
Price,
Sylvia A. and Lorraine M. Wilson. 2006.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1 Edisi 6. Jakarta :
EGC
Newman, W. A., 2006. Kamus
Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC
Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E.,
Moss, P.A.H., 2005. Kapita Selekta Hematologi ed. 2. Jakarta : EGC. pp :
102-126
Effendi, Zukesti. 2003. PERANAN
LEUKOSIT SEBAGAI ANTI INFLAMASI ALERGIK DALAM TUBUH. library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pd