Halaman

9 Agustus 2012

PROTOKOL KEAMANAN LABORATORIUM DALAM KAITAN DENGAN HIV DAN PENYAKIT YANG DITULARKAN LEWAT DARAH


PROTOKOL  KEAMANAN  LABORATORIUM
DALAM  KAITAN  DENGAN  HIV  DAN
PENYAKIT  YANG  DITULARKAN  LEWAT  DARAH
OLEH  :  DR. SAMSON  EHE  TERON, SpPK
LAB.PATOLOGI    KLINIK  RSU  PROF. WZ. JOHANES  KUPANG.
UTD PMI NTT

PENDAHULUAN .
                Sebagai  seorang  perawat, dokter  atau  petugas  laboratorium  berhubungan  dengan  darah  merupakan  hal  yang  biasa. Tetapi karena  kontak  dengan  darah  atau  cairan  tubuh merupakan  hal  yang  rutin  dalam  pekerjaan  sehari – hari maka  sering  tidak  disadari  bahwa  darah maupun  cairan  tubuh   yang  lain  merupakan media  penular  penyakit  yang  sewaktu – waktu datang  untuk mengifeksi  tanpa  kompromi.
                Protokol  keamanan  laboratorium yang  merupakan standar  praktis  pelayanan  pemeriksaan   laboratorium   memberikan  arahan agar  pengambilan  sampel baik  dari  darah ataupun cairan tubuh  yang  lain  yang  berasal  dari  penderita  supaya  mendapat  perlakuan  standar  sehingga  tidak  mencemari  petugas  laboratorium.
                Resiko  penularan  HIV di dalam  laboratorium memang  sangat  rendah . Di Amerika  serikat, dari 1676  orang  petugas  kesehatan  yang terkontaminir  dengan  darah  maupun cairan  tubuh  penderita  HIV  posiif, baik lewat  kontak  dengan  kulit    yang tidak  utuh, mukosa  ataupun   tertusuk  jarum  suntik, hanya 5  orang  yang  mengalami  serokonversi  (  0,3  % ). Setiap  petugas  kesehatan  tentunya  tidak ingin tercemar, baik  lewat  kecelakaan  kerja  sekalipun  sehingga  protokol  keamanan  laboratorium  akan  menganggap  bahwa  semua  produk  darah  dan cairan  tubuh  yang  lain serta  Reagen  yang  mengandung  virus  HIV  diperlakukan  sebagai  bahan  yang  mengandung  HIV.
RESIKO  /  BAHAYA  LABORATORIUM.
                HIV  telah  diisolasi  dari darah, cairan  semen  , cairan  vagina  air  ludah, air  mata, air  susu  ibu, cairan  serobrospinal, cairan  amnion  dan  urine. Saat  ini  baru  dipastikan  bahwa  dari  cairan  tubuh  sementara  ini  hanya darah  yang  mampu  menularkan  HIV  dalam pelayanan  perawatan  penderita  baik  di  bangsal  rawat  nginap  maupun  dirawat  jalan  ataupun  di  laboratorium.
                Secara  epidemilogi  cairan  tubuh  dalam pengelolaannya  dianggap dapat menularkan HIV,HBV na HCV serta penyakit yang dapat ditularkan lewat darah dan cairan tubuh   sehingga perlakuannya harus ada protokol atau prosedur kerja tetap agar petugas  laboratorium  ataupun petugas  kesehatan  lainnya  tidak  terkontaminir  darah  dan cairan tubuh   yang  lain . HIV  dan  bahan  patogen  lain  dapat  menular  secara  langsung di  laboratorium  lewat   inokulasi  pada permukaan  kulit  seperti  tertusuk  jarum, dan  kontaminasi  terhadap  permukaan  kulit  yang  tidak  utuh ataupun  pemukaan  mukosa  seperti  menyentuh mukosa  bibir  atau  mukosa  konjuntiva  mata  dengan  tangan  yang  terkontaminir  atau  mukosa  terkena  percikan  darah  atau  cairan tubuh  yang  terkontaminir.
TOLAK  UKUR  PROTEKSI.
                Pada  awal  mulai  berkembangnya pemeriksaan laboratorium   protokol  keamanan  laboratorium  didasarkan pada  infeksi  yang  disebabkan  oleh  agen  penyebab, tetapi  tahun  1984 CDC   di  Amerika  Serikat  memodifikasi  protokol  tersebut  dan  menyatukan  semua  grup  berdasarkan  model  penularan  dan  untuk  pertama  kali  menetapkan  prosedur  standart  untuk  melindungi  petugas   kesehatan / laboratorium  pada  saat pengambilan  sampel  darah  dan  cairan  tubuh  yang  lain.
                Tahun  1988  CDC  mengeluarkan   prosedur  tetap  tatacara  pengambilan  sampel  dan penangananya  agar  bahan  yang  potensialmeninbulkan  infeksi  tidak  akan  mencemari  petugas  kesehatan.Protokol  tersebut  dinamakan  Universal  Blood  and  Body  Fluid  Precaution  yang saat ini  disingkat  saja menjadi  Universal  precaution.  Universal Precaution  merupakan  protokol atau  presedur  tetap  pelayanan  yang harus  dipatuhi  agar  petugas  kesahatan  atau  petugas  yang  memberi  pertolongan  terhindar  dari  cemaran  darah  atau  cairan  tubuh  yang  lain dari  penderita.  Dengan  ditetapkan  Universal  precaution  ini  maka  semua  specimen  baik  itu  darah, dan  cairan  tubuh  yang  lain (  baik  dari  faecal  -  oral  atau  dari  saluran  pernapasan  )  dianggap  mampu  menimbulkan  infeksi. Kuman  penyakit  apakah  itu  HIV, Hepatitis A, B, C, D  dan  E  atau  yang  lainnya  dapat  masuk  sesewktu  tanpa  kompromi.
CUCI  TANGAN
                Cuci  tangan  merupakan  tindakan  yang  sangat  mendasar  pada  universal  precaution.  Cuci  tangan  dengan  sabun  dan  air  yang  mengalir  direkomendasi  karena  dapt  membunuh  +
80 – 90 %  KUMAN.
Cuci  tangan  harus  dilakukan  :
1.        Sesegera  mungkin  setelah  terkontaminir  darah  atau  cairan  tubuh.
2.       Sebelum  makan, minum  , merokok  atau  meninggalkan  laboratorium untuk  menggunakan  fasilitas  toilet.
3.       Sesudah  melepas  sarung  tangan  dan  gaun . Jika  sarung  tangan  robek  maka  segera dilepas  dan  cuci  tangan.
4.       Sesudah  nelakukan  pekerjaan  atau  satu  bagian  pekerjaan.

PAKAIAN  PELINDUNG
                Pakaian  pelindung  digunakan  sebagai  suatu  penghalang  terkontaminir  dengan  bahan darah  atau  cairan  tubuh  yang  lain.
                Pada  saat  mengambil  bahan  darah  atau  cairan  tubuh  yang  lain  harus  menggunakan  sarung  tangan, sebaiknya sekali  pakai  dan  selalu  tersedia. Jika  terlihat  ada  kontaminasi  atau  robek  maka  sarung  tangan  diganti. Sarung  tangan  harus  segara  dibuka  sebelum  menerima  telpon  atau  memegang  barang – barang  lain  atau  saat  meninggalkan  laboratorium.
PELINDUNG  MUKA.
                Pelindung  muka  dapat.  Memakai  kaca  mata  atau  masker.
  G  A  U  N.
                                Bagian    depan  tubuh  harus  ditutup  dengan  gaun  dan  segera  diganti  bila  tekontaminasi  darah  atau  cairan  tubuh.  Gaun  harus  dibuka  saat  meninggalkan  laboratorium  dan  ditinggalkan  didalam  laboratorium  dan  jika  terkontaminir  darah  dan  cairan  tubuh  perlu  didekontaminasi  dengan  klorin  0,5  %  selama  15  -  30  menit.
PENUTUP  LUKA.
                Jika  ada  efek  di kulit  harus  ditutup  dengan plester  yang  tidak  menyerap  air.

BERBAGAI  PRINSIP  PRAKTIS  BEKERJA  DI  LABORATORIUM.
1.        Ruangan  pemeriksaan laboratorium  hanya  boleh  dimasuki  oleh  petugas  laboratorium.
2.       Tidak  boleh  makan, minum  , merokok  dan  memakai  bahan  kosmetik  di  laboratorium.
3.       Petugas  laboratorium  harus  disiplin  dalam  menjalankan  universal  precaution  agar  terhindar  dari  kontak  kulit  atau  mukosa  dengan  bahan  darah  atau  cairan  tubuh  yang  lain.
4.       Makanan  tidak  boleh  disimpan  di  laboratorium, apalagi  disimpan  bersamaan  di  refrigerator  dengan  spesimen  atau  reagen.
5.       Hindarkan  menyedot  darah  atau  cairan  kimia  atau  cairan  tubuh dengan  mulut.
6.       Hindari  tertusuk  jarum  sutik.
7.       Lantai  atau  meja  kerja  didekontaminasi  dengan  klorin 0,5  %  sesudah  terkena  tumpahan  cairan  tubuh  atau  darah.
8.       Transport  spesien  harus  tertutup  rapat  agar  tidak  mengkontaminir  petugas. DEkontaminasi  15  - 30  menit  dan  selanjutnya  baru  dicuci.
9.       Tempat  sampah  yang  sekali  pakai  dan dapat  dibuang.
SUMBER  RUJUKAN.
1.       ANCA  BULLETIN  1990.
Laboratorium  Safety  Guidlines  That  take  Accont off  HIV  and  Other  Blood  Agents, page  1  - 8.
2.       Grimes  Richard  M   1991.
AIDS  and  HIV  Infetion  Diseades  3  th  edition  , mosby  st  Louis  ,page  1.
3.       Haski  R  1990  Ten Points  to  Laboratory  Safety  .
To  Day,s  Life  Sience  page  48  - 52.










Tidak ada komentar: