Halaman

28 Oktober 2012

Pemeriksaan BTA lepra dan BTA sputum


A.       JUDUL
Pemeriksaan BTA lepra dan BTA sputum

B.       TUJUAN
Untuk mengetahui dan mengamati kuman BTA pada jaringan kulit penderitra lepra dan pada sputum penderita TBC.

C.       PRINSIP
Jaringan kulit atau sputum penderita dibuat preparat dan diwarnai dengan pewarnaan Ziehl Nelson dan di amati dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x dengan bamtuan oil imersi.

D.      DASAR TEORI
     Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
     Bakteri tahan asam adalah bakteri yang pada pengecatan Ziehl-Neelsen (ZN) tetap mengikat warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol, sehingga tidak mampu mengikat warna kedua. Bakteri tersebut ketika diamati dibawah mikroskop tampak berwarna merah dengan warna dasar biru muda. Terdapat lebih dari 50 spesies Mycobacterium, antara lain banyak yang merupakan saprofit.
     Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri tahan asam, berbentuk batang dan bersifat aerob obligat yang tumbuh lambat dengan waktu generasi 12 jam atau lebih. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis dan merupakan patogen yang berbahaya bagi manusia. Mycobacterium leprae menyebabkan lepra.
     Mycobacterium tuberculosis, pertama kali ditemukan oleh Robert Koch tahun 1882, termasuk Ordo Actinomycetales Familia Mycobacteriaceae, Genus Mycobacterium dan mempunyai banyak spesies. Penyakit yang ditularkan oleh basil tersebut dikenal dengan sebutan TBC atau Tb-paru. Kuman TBC masuk ke paru-paru melalui pernafasan (aerosol) (Girsang, 2002). Bakteri-bakteri dari genus Mycobacterium dan spesies-spesies tertentu dari genus Nocardia mengandung sejumlah besar zat lipoid (berlemak) di dalam dinding-dinding selnya. Hal ini mengakibatkan dinding sel tersebut relatif tidak permeable terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel-sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode-metode pewarna biasa. Kedua genus tersebut mengandung spesies-spesies yang patogenik bagi manusia. Bakteri yang paling dikenal diantaranya adalah M. tuberculosis, penyebab penyakit tuberculosis dan M. leprae penyebab penyakit lepra. Menunjang diagnosis penyakit-penyakit tersebut, bakteri penyebabnya harus dapat diisolasi dari spesimen si sakit dan dibuat tampak serta mudah dibedakan dengan bakteri-bakteri yang lain. Akibat sifat dinding selnya yang demikian itu maka untuk memenuhi tujuan tersebut harus digunakan pewarna khusus (Hadioetomo, 1993).
Teknik pewarnaan khusus itu disebut juga pewarnaan tahan asam, mula-mula dikembangkan oleh Paul Ehrlich pada tahun 1882 ketika meneliti M.tuberculosis. Prosedur pewarnaan yang umum digunakan pada masa kini merupakan hasil perbaikan teknik Ehrlich yang asli, yaitu pewarna Ziehl-Neelsen, dinamakan menurut kedua orang peneliti yang mengembangkannya pada akhir 1800-an. Prosedur ini menggunakan pewarna utama dengan pemanasan, dan biru metilena Loeffler sebagai pewarna tandingan. Modifikasi teknik ini yang berkembang kemudian, perlakuan panas diganti dengan penggunaan pembasah (suatu deterjen untuk mengurangi tegangan permukaan lemak) untuk menjamin penetrasi, pewarna yang mengandung bahan pembasah ini disebut pewarna Kinyoun (Hadioetomo,1993)       .                     .

Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikobakteri menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun oleh zat yang bersifat keras seperti asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol 95%). Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat intensif dan jangan dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan dalam prosedur pewarnaan Gram. Kondisi pewarnaan ini, organisme yang dapat menahan zat warna itu dikatakan tahan asam dan tampak merah. Bakteri biasa yang dindingnya tidak bersifat terlampau lipoidal, pewarna karbol fuksin yang mewarnai sel dapat dengan mudah dipucatkan oleh alkohol-asam dan karenanya dikatakan tak tahan asam. Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan oleh terserapnya pewarna tandingan biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut tampak biru (Hadioetomo,1993).

Pewarnaan Ziehl Neelsen menurut Kurniawati 2005, larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan di atas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutupi seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuangdandicucidenganairmengalir.

Pewarnaan Ziehl-Neelsen akan menampakkan bakteri tahan asam yang berwarna merah dengan latar berwarna biru. Bakteri tahan asam akan mempertahankan warna pertama yang diberikan. Hasil yang didapat adalah terdapatnya bakteri tahan asam.

Mycobacterium tuberculosis memiliki ciri khas yaitu dalam jaringan, basil tuberkel merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4x3 µm. Perbenihan buatan, terlihat bentuk kokus dan filamen. Mikobakteria tidak dapat diklasifikasikan sebagai Gram positif atau Gram negatif. Sekali diwarnai dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi iodium. Basil tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya 95% etil alkohol yang mengandung 3% asam hidroklorida (asam alkohol) dengan cepat akan menghilangkan warna bakteri kecuali mikobakteria. Sifat tahan asam ini tergantung pada integritas struktur selubung berlilin. Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteri tahan asam. Dahak atau irisan jaringan, mikobakteria dapat diperhatikan karena memberi fluoresensi kuning-jingga setelah diwarnai dengan zat warna fluorokrom (Annonimous,2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Dwidjoseputro, 1994). Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri (Sutedjo, 1991).

E.       METODE KERJA
1.         Alat dan bahan

a)        Kaca slide
b)        Cover glass
c)        Tusuk gigi steril/ose
d)       Bunsen
e)        Ketas tissue
f)         Mikroskop
g)        Sputum penderita
h)        Jaringan kulit yang diambil dari cuping telinga
i)          Oil imersi
j)          Zat warna Ziehl Nelson

2.         Cara kerja
1)        Pemeriksaan BTA lepra
a)      Pengambilan jaringan kulit
a.       Bagian yang diambil ,dibersihkan dengan kapas alcohol
b.      Bagian tersebut dijepit diantara ibu jari dan jari telunjuk sedemikian kuat sehingga kulit kelihatan menjadi pucat, supaya kemungkinan perdarahan sedikiy sekali.
c.       Dengan lancet steril dibuat sayatan sepanjang ±1/2 cm sedalam 2 mm
d.      Darah yang keluar pertama dibersihkan, kemudian sisa dan dasar luka dikerok dengan vaccine pen untuk mendapatkan bubur jaringan epidermis dan dermis.
b)      Pembuatan preparat
a.       Siapkan objeck glass yang bersih dan bebas lemak, diberi kode / tanda tentang no. lab., sampel yang diambil, daerah / bagian yang akan dipulas dengan sampel dsb.
b.      Bubur jaringan yang sudah diambil dipulaskan pada objeck glass yang sudah siap sedemikian rupa sehingga diperoleh smear yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, dengan diameter 1 – 1,5 cm
c.       Biarkan kering dengan sendirinya di udara
d.      Setelah kering di fiksasi dengan melewatkannya diatas nyala api Bunsen 2 – 3 kali, setelah dingin baru boleh dicat

c)      Pengecatan
Pengecatannya sama dengan pengecatan pada pemeriksaan BTA sputum

2)        Pemeriksaan BTA sputum
a)        Pembuatan apusan sputum
a.         Ose dipanaskan diatas bunsen sampai merah dan dinginkan
b.         Sputum disiapkan, diambil sedikt dibagian yang kentaldan berwarna kuning kehijauan(purulen) menggunakan ose
c.         Sputum dioleskan secara merata pada objeck glass dengan ukuran 2x3 cm
d.        Ose yang telah digunakan dimasukkan kedalam alkohol sambil digoyang goyangkan sampai sia sputum bersih lalu dibakar
e.         Sediaan yang telah dibuat, lalu dikeringkan di udara terbuka sekitar 15 – 30 menit, jangan terkena matahari langsung
f.          Sediaan diambil dengan menggunakan pinset dan difiksasi selama 3 – 5 menit
b)        Pewarnaan
a.         Sediaan yang telah kering dilakukan fiksasi selama 5 menit.
b.         Sambil difiksasi, digenangi dengan Carbol Fuchsin 0,3%, dipanaskan diatas bunsen sampai menguap selama 5 menit
c.         Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan
d.        Warna merah pada sediaan dilarutka dengan asam alkohol 3%
e.         Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan
f.          Digenangi dengan larutan methylen blue selama 20 – 30 detik
g.         Dicuci dengan air mengalir dan di keringkan
h.         Diamati dibawah mikroskop
c)        pembacaan
a.         Sediaan yang telah kering ditetesi minyak imersi, dilihat dengan mikroskop dengan pembesaran 100x
b.         Dicari dengan adanya batang panjang atau pendek yang berwarna merah dengan latar belakang berwarna biru.

F.        HASIL PENGAMATAN
Tidak ada hasil yang didapat. Dikarenakan tidak ada sampel yang dapat diperiksa.



G.      INTERPRETASI HASIL
Negatif : Tidak dijumpai adanya BTA.
Positif : Ditemukan 1-9 BTA/100 LP.
Positif 1 : Ditemukan 10-90 BTA/100 LP.
Positif 2 : Ditemukan 1-10 BTA/1 LP.
Positif 3 : Ditemukan lebih dari 10 BTA/1 LP.

H.      KESIMPULAN
Tidak ditemukan kuman BTA. Karena tidak ada sampel yang dikerjakan.

I.         SARAN
1.   Selalu menggunakan alat pelindung diri pada saat pengerjaan sampel
2.   Berhati hati pada saat pengerjaan sampel, usahakan semua alat yang digunakan dalam keadaan steril sehingga tidak ada kontaminasi
3.   Proses pewarnaan harus diperhatikan agar hasil pengecatan baik

Tidak ada komentar: