Halaman

5 Januari 2013

Burung Gagak


Dalam sebuah bencana kapal karam, seorang lelaki terdampa di pulau kecil. Demi bertahan hidup ia memanfaatkan segala sesuatu yang ada di pulau itu untuk dimakan. Bahkan dalam upaya melindungi dir, ia berhasil memangun gubuk untuk berteduh. Berbulan-bula ia bertahan hidup tanpa siapapun. Suatu hari ketika kemballi dari berburu, ia medapati gubuknya terbakar. Dengan badan lemas ia mengeluhkan nasibnya. Namun, ternyata justru dari situ datang pertolongan baginya; asap dari gubuk terbakar itu memberi tanda untuk datangnya kapal penolong.
            Bayangkan, pada musim kering, dalam keadaan alam yang gersang dan suara burung gagak itu pertanda burung-burung itu mencim bau kematian. Mereka menanti seorang mati diserbu ganasnya kekeringan, sehingga bangkainya siap disantap. Dan memang ada oran disana. Elia namany, namun skenario terbalik. Orang itu tidak mait dihajar musim kering yag dahsyat. Ia hidup tetap minum dan makan dan paling aneh burung-burung gagak bukan mau ”memakannya”, melaikan memberinya makan! Itulah cara unik Tuhan memelihara hamba-Nya. Pembawa bau kematian dijadikan-Nya pembawa harapan akan kehidupan.
            Krisis global sekarang ini betul-betul seperti kekeringan yang melanda bumi. Mendatangkan kegersangan jiwa, kelapran fisik, kepanatan hati, pengangguran, kemiskinan dan ketakutan. Tetapi ingatlah, yang kita pandang buruk dapat menjadi alat Tuhanuntuk mendatangkan kebaikan yang tak terduga. Pemeliharaannya atas kita melampaui segala musim dan cuaca. Tetaplah percaya dan berusaha. Tiada yang mustahil bagi Dia.


Pengharapan membara di dada
Orang-orang yang percaya akan Dia

Tidak ada komentar: